Indonesia,
Truly Atlantis……….
Ingat iklan pariwisata Malaysia
yang cantik itu ? Malaysia
, Truly Asia …
Banyak orang kita yang sebal melihat iklan yang bagus itu, karena
banyak hal-hal yang digambarkan dalam iklan itu sebenarnya lebih
banyak dijumpai di pelbagai wilayah Indonesia
dari pada di Malaysia
.
Yah, kita selalu ‘keduluan’ oleh mereka.
Hal lain yang menyebalkan menyangkut negeri tercinta ini adalah
manakala ada yang mengatakan bahwa banyak orang di Amerika atau di
luar negeri yang tidak mengenal Indonesia . Katanya
mereka tahu Bali, tapi Indonesia itu dimana
sih…., konon tanya mereka…..
Tapi perkembangan terbaru rada beda ; mempromosikan Indonesia
akhir-akhir ini mestinya ibarat mendayung perahu ke hilir, yang
didorong arus sungai dari belakang. Banyak kemudahan yang didapat
secara gratis.
Bukan hanya akibat kedatangan Hillary Rodam Clinton, tapi terutama
oleh ulah Prof. Arysio N. dos Santos
yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost
Continents Finally Found”.
Dimana ditemukannya ?
Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak
kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (!).
Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu
adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban
yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian
hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi
sebagai hukuman dari para Dewa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa
ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan
sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis
itu.
Pencarian dilakukan di samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea,
sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya,
sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu
hanyalah negeri dongeng semata.
Profesor
Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak
pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah.
Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia
, katanya. Dia mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi
Atlantis selama 29 tahun terakhir ini.
Ilmu yang digunakan Santos
dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi,
Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative
Mythology.
Kualifikasi Santos dapat dilihat dengan cara di (http://atlan.org/author/resume.htm )
Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu
yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400
buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama
ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visits.
Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia
secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun
dari Pemerintah RI .
Sebagaimana dapat diikuti dari websitenya, Plato menulis tentang
Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia
Barat (Western World).
Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini
hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction,
ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah
pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah
sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan
emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’
dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran,
perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi,
dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya,
kemudian berubah menjadi ambisius. Para
dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan
gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan
seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir
dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam
kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang
diceritakan dalam bahasa setempat.
Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP
(Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es
Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang
sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup
saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal
dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa,
Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia
.
Gambar 1 : Atlantis
Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua Australia
dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau
ini dipisahkan oleh sebuah
Gambar 2 : Atlantis (National Geographic Magazine)
selat yang mengikuti garis ‘Wallace’. Lihat gambar 1.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling
menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina
yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh Santos , yang memegang peranan
penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah
gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang
disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah
Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos
dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau
, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah
kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau
Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat
tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara
Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan,
dan antara Sumatera dan Kalimantan.
Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’
naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang
pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene)
.
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan
abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap
oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke
seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia .
Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut
naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia
. Dataran rendah di Indonesia
tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi
dan puncak-puncak gunung berapi. Lihat Gambar 1.
Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat
pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan
letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang
dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara
dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur
yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu
adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah
kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.
Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia
yang memang terletak di katulistiwa.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu
“….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil
digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas
kawasan Indonesia
ditambah dengan luas Laut China Selatan..
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat,
berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka.
Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia
dan bukan di tempat lain.
Santos
telah menduga hal ini lebih dari 20 tahunan yang lalu sewaktu dia
mencermati tradisi-tradisi suci dari Junani, Roma, Mesir,
Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha, dan
Judeo-Christian.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata
istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau
kejadian yang sama.
Santos
menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa
suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.
Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang
lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai
Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu.
Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk
berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta
peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang
yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum,
sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif,
istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan
liar lainnya.
Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!).
Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik
setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa
keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan
Amerika.
Suku Aryan yang bermigrasi ke India
mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus
. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di
lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia,
Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan
kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.
Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India
melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan,
Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang
tenggelam tersebut.
Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia
..
Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara
tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan
batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan
abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida.
Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika
dan semantik.
Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik
jari” dari India
yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia
.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian
berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti,
Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain.
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis
diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala,
Talatala, Thule
, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa
benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia
.
Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia
sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya
disimpulkan Profesor Santos
dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’ (KLIK DISINI).
Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya
atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia,
teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik
perhatian orang-orang luar ke Indonesia.
Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup
jelas.
Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia
sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat
dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang
diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya
peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun.
Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia
; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan
sekarang mereka relatif berada di depan kita.
Allah SWT juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang Dia
pergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya.
Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut
guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti
satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk
penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal
‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya
diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang
kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.
Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia
?
Bagaimana pula pakar Indonesia
dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya
“mengangkat” Indonesia ke posisi
sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh
dunia ini ?
Coba dong beri pula perhatian yang memadai.
Atau coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan :
penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta
berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah
satunya). Nah, salah-salah Indonesia sang
“mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau
tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara
terang-terangan sekarang ini.
Khususnya bagi warga Minang, ada juga ‘utak-atik’ yang
bisa dilakukan.
Santos mengatakan berdasarkan penelitiannya bahwa berbagai kisah
tentang negara bak ‘surga’ yang kemudian menjadi hilang,
bencana banjir besar, letusan gunung berapi, dan gempa dahsyat
ditemui pada kisah-kisah berbagai bangsa di seluruh dunia. Kisah ini
mirip satu dengan lainnya.
Apa pula kata Tambo Minangkabau tentang ranah Minang zaman baheula ?
“….Pada maso sabalun babalun balun, urang balun pinangpun
balun, samaso tanah ameh ko sabingkah jo Simananjuang, kok gunuang
baru sabingkah batu, tanah darek balun lai leba……, lah
timbua gunung Marapi” (Pada masa serba belum, orang belum pinangpun
belum, semasa tanah emas ini masih menyatu dengan Semenanjung, gunung
baru sebingkah batu, tanah daratan belum lebar, sudah timbul gunung
Merapi). Ada
lagi “…waktu bumi basintak naiak, lauik basintak
turun…” (Sewaktu daratan bergerak naik, laut bergerak
turun).
‘………Samaso tanah ameh sabingkah jo
Simananjuang’ , ini adalah masa sewaktu Atlantis masih exist.
Salah satu Menhir di Mahat
Konon kabarnya pula, sejumlah menhir yang berjumlah 800an buah di
Mahat posisinya menghadap kearah matahari terbit, atau kearah Timur.
Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos yang
tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa
bumi.Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos
yang tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa
bumi..
Pulau Sumaterapun ternyata tertulis dalam kisah Atlantis, yang
disebut sebagai Taprobane.
Dulu Taprobane ini diartikan sebagai Ceylon, tapi kalau melihat
ukuran besarnya tidak syak lagi bahwa Taprobane adalah Sumatera yang
dikisahkan kaya dengan emas, batuan mulia, dan beragam binatang termasuk
gajah.
Itulah kira-kira teori Santos
secara sangat ringkas.
Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke
website Profesor Santos
http://atlan. org/ atau
membeli bukunya yang disebutkan diatas ke penerbit
‘Amazon.com’ (kalau sudah ada terbitan barunya).
Dan….perusahaan penerbangan mana yang akan memulai dengan iklan
: Indonesia
, Truly Atlantis………[eb]
Well, semakin cinta deh dengan Indonesia....
Guys, cukup Batik dan Tempe yang diakui oleh bangsa asing yang nyatanya itu merupakan karya bangsa kita....
Cukup penjualan aset sejarah yang berharga bagi identitas bangsa...
Cukup penjarahan hasil laut dan harta terpendam di dalam lautan Indonesia...
Ayo...jika bukan kita sendiri yang menyukai, mencintai dan menjiwai budaya kita...lalu ...siapa lagi...
Tahun 2010 ini, Kementerian Pariwisata mencanangkan sebagai "TAHUN KUNJUNGAN MUSEUM"....
Mari kita kenali sejarah bangsa, kenalkan ke bangsa lain dan "Be Proud of Indonesia"...
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar